span.fullpost {display:none;}

Minggu, 02 Maret 2014

Ancaman Terhadap Kesatuan Dalam Pernikahan

Refleksi Materi Kuliah Rumah Tangga Kristen tentang Ancaman Terhadap Kesatuan Dalam Pernikahan.

Kesatuan adalah unsur yang penting untuk memenuhi maksud Allah dalam sebuah pernikahan. Oleh sebab itu, suami dan istri harus memiliki komitmen untuk mempertahankannya karena ada banyak hal yang dapat menjadi ancaman terhadap kesatuan tersebut. Materi kuliah kali ini memaparkan tentang 5 ancaman kesatuan dalam pernikahan. Dan menurut saya ancaman yang banyak terjadi adalah ancaman karena adanya perbedaan latar belakang secara budaya dan sosial. Menurut saya setiap pasangan yang akan menikah seharusnya membicarakannya dan saling mengenal perbedaan tersebut sejak awal. Karena bisa jadi, karena masing-masing telah dibesarkan dalam sebuah kebudayaan, maka hal itu akan terus terbawa sampai dewasa bahkan sampai pada sebuah pernikahan. Jika masing-masing tidak dapat menerima budaya pasangannya, maka hal ini pastinya akan menimbulkan perselisihan dalam pernikahan. Seperti yang dialami oleh teman saya yang menikah dengan pria keturunan Tionghoa. Perbedaan budaya diantara mereka sering menimbulkan pertengkaran sampai melibatkan orang tua dan keluarga besar. Hal tersebut sangat disayangkan karena walaupun mereka telah percaya kepada Yesus tetapi budaya yang membesarkan mereka juga ikut menjadi dasar dalam menjalani pernikahan.

Ancaman yang lain juga dapat terjadi karena perbedaan prinsip, tidak adanya kesediaan untuk saling menerima kelemahan pasangan, perselingkuhan, dan juga pernikahan yang dilakukan tanpa persiapan yang matang. Semua ini adalah ancaman yang serius yang akan menggagalkan maksud dan tujuan Allah dalam pernikahan.

Tetapi menurut saya, yang menjadi akar dari semua ancaman tersebut adalah karena masing-masing tidak memiliki konsep yang benar tentang Allah. Karena suami dan istri yang memiliki konsep yang benar tentang Allah, akan mengerti apa maksud Allah dalam pernikahan. Mereka juga akan mengerti bagaimana konsep pengorbanan Kristus bagi jemaat-Nya yang seharusnya menjadi model dalam hubungan suami dan istri. Dan mereka juga akan saling menerima kelemahan masing-masing karena mereka mengerti bahwa pasangan adalah pemberian Allah yang harus diterima, dihargai dan dikasihi. (PN)
Read More..

Sabtu, 22 Februari 2014

KESATUAN DALAM PERNIKAHAN

Refleksi Materi Kuliah Rumah Tangga Kristen tentang Kesatuan didalam Pernikahan.

Pernikahan bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi karena keinginan seorang laki-laki atau perempuan. Tetapi sejak semula ketika Allah mempersatukan laki-laki dan perempuan, Allah kemudian memberikan tanggung jawab kepada mereka atas segala ciptaan-Nya. Dalam Kej 1:28 dikatakan “Allah memberkati mereka, lalu berfirman… “ memberikan penjelasan bahwa Allah memberkati manusia supaya mereka menjadi satu dan setelah mereka menjadi satu, barulah Allah memberikan perintah untuk mereka laksanakan, sehingga apa yang menjadi tujuan Allah dalam menciptakan pernikahan dapat tercapai.

Perintah yang Allah berikan setelah memberkati mereka adalah, beranakcuculah dan bertambah banyak. Hal ini menunjukkan bahwa didalam kesatuan laki-laki dan perempuan, akan lahir generasi-generasi Ilahi yang akan memenuhi bumi. Kemudian perintah berikutnya adalah taklukanlah bumi dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya menyatakan bahwa di dalam kesatuan, manusia akan dapat menghadapi tantangan hidup dan menjadi pemenang atas segala perkara.

Makanya dalam sebuah pernikahan seharusnya suami benar-benar hidup menyatu dengan istrinya dalam segala hal. Karena hanya dengan sebuah kesatuan rencana Allah dalam sebuah rumah tangga dapat tergenapi. Bahkan ketika Allah menciptakan sebuah pernikahan, itu pun dimulai dari adanya kesatuan, yaitu kesatuan Tritunggal (Kej 1:26-27). Kesatuan benar-benar merupakan unsur yang penting untuk memenuhi maksud Allah dalam pernikahan. Dan kesatuan dapat dicapai apabila setiap pernikahan dapat menerima pasangannya sebagai pemberian dari Allah. Kesatuan antara suami dan istri akan melahirkan generasi-generasi ilahi yang tangguh di dalam menjalani kehidupan. Kesatuan juga akan meringankan dalam melaksanakan tanggung jawab, karena suami dan istri akan bekerja sama dalam kesehatian dan kesetaraan. Dan dengan kesatuan suami dan istri akan saling melengkapi dan saling menerima kelemahan pasangan sebagai sebuah design Ilahi yang Allah berikan dalam kehidupan setiap orang. Dengan kesatuan juga, ada keharmonisan dalam keluarga yang akan menjadi contoh bagi anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut. Dan yang terpenting adalah kesatuan dalam pernikahan akan terus terjadi ketika suami sebagai kepala keluarga selalu membawa istri dan anak-anaknya dalam mesbah keluarga. Dengan memiliki hubungan yang intim dengan Allah maka kesatuan dalam pernikahan akan terjaga.

Saya kemudian baru mengerti kenapa ada banyak pernikahan yang tidak dapat menggenapi rencana Allah dalam keluarga, adalah karena tidak adanya sebuah kesatuan dalam keluarga tersebut. Masing-masing tidak dapat menerima kelemahan pasangan dan tidak adanya kerja sama dan saling mendukung dalam keluarga. Dan hal yang biasa terjadi adalah ketika pasangan suami dan istri mulai merasakan adanya sebuah perbedaan di dalam visi yang Allah berikan kepada mereka. Masing-masing menjalankan kehidupan dengan alasan mau taat, sesuai dengan visi yang Allah berikan, tetapi tidak melibatkan pasangan dalam melaksanakannya. Dan hal itu mengakibatkan terjadi perpisahan antara suami dan istri. Menurut saya itu adalah sebuah alasan saja karena saya percaya bahwa, ketika Allah memberkati manusia untuk menjadi satu, maka Allah pun mempersatukan mereka di dalam visi tersebut. Pernikahan yang tidak ada kesatuan, akan gagal dalam merefleksikan gambar Allah dan gagal juga dalam melaksanakan tujuan Allah bagi pernikahan yaitu untuk memenuhi bumi dengan generasi ilahi yang tangguh dan untuk menaklukkan bumi. Karena secara otomatis dunia akan melihat kehidupan keluarga-keluarga Kristen yang tidak mencerminkan gambaran Allah sehingga tidak menjadi berkat bagi dunia.

Jadi kesimpulan yang saya dapatkan dari materi ini adalah harus ada kesatuan dalam pernikahan karena tanpa kesatuan maka pernikahan akan gagal dalam memenuhi maksud Allah bagi dunia lewat pernikahan tersebut. (PN)
Read More..

Sabtu, 18 Januari 2014

MEMANDANG PADA JANJI ALLAH

Bilangan 14:1-38 Sudah menjadi kebiasaan keluarga Toms untuk melakukan liburan bersama anak-anak mereka sebagai hadiah pada akhir semester. Dealbelle, anak yang sulung terpaksa tidak dapat ikut dalam liburan kali ini, karena nilai pelajaran yang tidak memuaskan hati ayah dan ibunya. Sangat masuk akal jika anak ini tidak memperoleh nilai yang baik karena dalam melewati masa-masa belajar disekolah, dilewati dengan sungutan setiap kali harus mengerjakan tugas yang diberikan gurunya. Nasehat guru dan orang tuanya supaya belajar dengan giat dibalas dengan omelan. Kebiasaan bersungut dan mengomel lambat laun membuatnya menjadi malas dan susah diatur. Dan hasilnya nampak pada nilai-nilainya diakhir semester.

Dan pada akhir semester ketika orang tuanya memenuhi janji mereka untuk berlibur bersama anak-anaknya, Dealbelle tidak dapat ikut karena harus mengerjakan kembali tugas-tugas yang pernah dia abaikan untuk mengejar ketinggalan pelajaran. Anak ini kehilangan kesempatan untuk menikmati janji orang tuanya karena kesalahannya sendiri.

Bangsa Israel tidak memandang pada janji Allah bahwa Dia akan membawa mereka ke negri yang berlimpah susu dan madunya. Mereka hidup dalam sungutan hingga kehilangan kesempatan untuk menikmati janji-janji Allah. Janji Allah kepada kita selalu disertai dengan syarat yang tentunya harus kita lakukan dengan setia. Dan janji itu hanya dapat kita nikmati ketika kita melakukan syarat yang mengikutinya. Berbeda dengan janji manusia, janji Allah tidak pernah gagal dalam kehidupan kita. Ketika Allah berjanji maka Dia pasti akan menepatinya, hanya diperlukan hati yang sabar dalam melakukan syarat-syarat yang telah Allah tetapkan. Sebagaimana janji Allah tertulis dalam Alkitab, maka syarat-syaratnya pun ada di dalam Alktab. Bagi orang yang percaya dan melakukan firman Tuhan dengan setia, maka dialah yang akan menikmati janji-janji Allah.

Lakukanlah firman Tuhan setiap saat, bahkan disaat keadaan sulit sekalipun tetapkan hati untuk tetap melakukan firman Tuhan dengan keyakinan bahwa dibalik semua kesulitan tersedia janji Allah yang akan kita nikmati. Jangan membiasakan diri untuk bersungut-sungut seperti bangsa Israel. Karena setiap sungutan yang keluar dari mulut kita adalah langkah mundur yang membuat kita semakin jauh dari janji Allah. Tetapi kesetiaan dalam melakukan firman-Nya disertai dengan ucapan syukur akan membawa kita semakin hari semakin dekat pada janji Allah. (PN)
Read More..

Senin, 16 April 2012

HATI HAMBA

Lukas 17:7-10 Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Ayat 10)

Menjadi seorang hamba tidaklah berarti menjadi seorang yang hanya tunduk pada tuannya tanpa memahami arti dari menundukkan itu sendiri. Karena mudah saja bagi seseorang menunjukkan sikap tunduk tetapi kemudian apa yang dikerjakan sebenarnya,hanyalah untuk mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri. Dan celakanya adalah bahwa ketika apa yang diinginkan itu tidak diperoleh maka timbullah kekecewaan, dan rupa-rupa protes bahkan mungkin saja berakhir pada pemberontakan.

Dalam gereja pun banyak ditemui gejala-gejala seperti ini. Dengan motivasi untuk menunjukkan kelebihannya, talentanya, atau hal-hal yang lain yang mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri, dapat membuat seorang pelayan atau hamba Tuhan seakan sedang melayani Tuhan dengan penuh kerendahan hati. Namun suatu saat kemurnian hati sebagai seorang hamba itu akan nampak ketika ada sesuatu yang membuatnya kecewa. Timbulah sungutan, protes dan bahkan mungkin juga keputusan untuk meninggalkan pelayanan dengan membawa kepahitan.


Lukas 17 ayat 10 katakan, Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

Berdasarkan ayat diatas ada beberapa hal yang perlu kita renungan agar kita dapat menjadi seorang yang benar-benar memiliki hati hamba dan memberikan yang terbaik bagi Tuhan.

1. Selidikilah apa sesungguhnya yang menjadi alasan bagi kita dalam melayani Tuhan. Apakah karena tuntutan tugas dalam gereja, atau sekedar mengisi kekosongan.. atau karena uang, atau seribu alasan lain yang bertujuan untuk memuaskan diri kita sendiri? Orang yang mengisi kekosongan waktunya dengan melayani, pada awalnya akan nampak memiliki kesungguhan. Tetapi waktu akan membuktikan bahwa orang-orang yang demikian tidak akan bertahan lama, karena kejenuhan akan membuatnya mulai mencari kesibukan lain untuk mengisi waktu yang kosong. Demikian juga dengan orang yang melayani karena uang. Tingkat kehidupan manusia yang beraneka ragam akan membuat manusia tidak pernah dipuaskan dengan apa yang dimiliki. Dan orang-orang yang tidak memiliki karakter yang kuat, akan mudah menukar apapun demi kebutuhan hidup.

Satu-satunya alasan yang paling tepat, yang harus dimiliki dalam melayani oleh setiap orang yang menamakan dirinya hamba Tuhan atau pelayan Tuhan adalah karena kesadaran bahwa dirinya adalah seorang hamba yang tidak punya hak lagi atas dirinya tetapi hanya melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan (ayat 10 “… kami hanya melakukan apa yang kami harus lalukan”.)

2. Seorang yang memiliki hati hamba akan melakukan tugasnya dengan penuh kerendahan hati tanpa mengharapkan pujian dari manusia. (ayat 9 “Adakah ia berterimakasih kepada hamba itu,…”) Orang yang melayani dengan mengharapkan pujian, juga bisa saja nampak bersungguh-sungguh dalam melayani. Dan mungkin saja ia memang akan mendapat pujian dari manusia sebagai apresiasi atas apa yang telah dilakukannya. Tetapi ketika pujian seperti itu terus diterima... dimana pujian itu akan disimpan? Apakah dikembalikan kepada Tuhan yang layak untuk menerima pujian, atau disimpan untuk diri sendiri?

Dalam gereja ada banyak sekali hamba Tuhan atau pelayan Tuhan yang tanpa disadari sedang berdiri untuk melayani diri sendiri. Dan adakah upah kekal yang akan diterima kelak selain dari pujian manusia yang juga akan mati dengan semua pujiannya? Mulailah selidiki hati kita... Tuhan tidak menginginkan kelebihan dan kehebatan kita, Dia hanya menginginkan hati yang dipersembahkan bersama dengan seluruh hidup kita.

3. KETAATAN.
Ketaatan adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang hamba kepada tuannya. Dan jika kita mengatakan kita adalah hamba Tuhan atau pelayan Tuhan berarti kita harus taat kepada tuan kita yaitu ALLAH.

Dalam buku “upah dari penghormatan” yang ditulis oleh JHON BEVERE dikatakan, jika seorang taat kepada ALLAH berarti dia juga harus taat kepada orang-orang utusan ALLAH, yaitu orang-orang yang diberi otoritas untuk menjadi pemimpin dimana saja kita berada termasuk dalam gereja kita. Dan seorang rekan hamba Tuhan mengatakan, “jangan melihat kepada siapa yang memimpinmu tetapi lihatlah kepada siapa yang diberi otoritas” Ini adalah hal menarik yang harus kita renungkan. Karena jika kita melihat kepada siapa yang memimpin kita, maka yang kita lihat adalah, orang ini lebih muda dari saya, orang ini punya masa lalu yang buruk sebelum Tuhan memulihkan hidupnya, orang ini tidak punya pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan saya…. Tetapi jika kita melihat kepada siapa yang diberi otoritas untuk memimpin kita, maka kita harus melihat kepada siapa yang memberi otoritas itu, yaitu ALLAH sendiri. Dan taat kepada ALLAH adalah juga taat kepada orang yang diutus ALLAH untuk menjadi pemimpinmu, baik itu di gereja, kelompok doa atau kelompok kecil dalam pelayanan di tempat engkau melayani.

Inilah 3 hal yang harus kita renungkan agar dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan dalam pelayanan kita. Dan janji Tuhan bagi hamba yang melakukan tugasnya dengan baik ada dalam ayat 8 “… Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum…”

Allah tidak pernah mengabaikan kesetiaan orang yang melayani DIA. Segala pekerjaan dan kesetiaan kita ada dalam perhatian Allah (I Korintus 15:58)

Mari melayani dengan hati hamba. Miliki motivasi yang benar dalam melayani Tuhan, dan miliki ketaatan seorang hamba yang baik kepada tuannya. Taat kepada Allah dan kepada pemimpin yang ditunjuk Allah untuk memimpinmu.

Pastikanlah bahwa ketika engkau melakukan tugas pelayananmu, engkau sedang melakukannya bukan untuk memuliakan dirimu tetapi untuk memuliakan ALLAH. (PN)
Read More..